Rama Guru Pangeran Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin


'

Jumat, 31 Maret 2017

RAMA GURU 
Rama Guru Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat di Lahirkan pada tahun 1908 M di Kaprabonan, Wafat th 1976 M di Pegajahan Cirebon dan diKebumikan di Astana Gunung Sembung Gunung Jati, sekaligus Pendiri Pengguron Pegajahan Cirebon, Beliau adalah Putra dari Rama Guru Sebelumnya Pangeran Mohammad Appiyah Adikusuma II yang bergelar Kanjeng Pangeran Syaikh Mohammad Nurullah Badridin Bin Pangeran Adikusuma Adiningrat Syaikh Mohammad Habibudin Kanjeng Raden Kaprabonan.

semasa hidupnya beliau menghabiskan sisa umurnya untuk mendakwahkan ajaran Thareqat Agama Islam, khusunya Thareqat Syyatariyah, sebagaimana Ajaran Thareq yang diajarkan Para Nabi dan waliyullah, Ikhwannya hingga keseluruh Nusantara terutama wilayah Terbesarnya di Ciamis,Tasikmalaya, Cirebon Kuningan Majalengka Indramayu Jawabarat dan Banyumas, Cilacap Jawa Tengah.
Sepeninggalan Alm. Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat, Pengguron Thareqat Agama Islam Pegajahan Cirebon di Teruskan Oleh Putranya Yaitu Pangeran Mohammad Nurbuwat Purbaningrat yang bergelar Kanjeng Pangeran Syaikh Mohammad Nurullah Makmurudin , dilahirkan pada tahun 1945 M. Hingga saat Ini Meneruskan Pengajarannya dan Berkembang semakin Pesat. 

Di Susun Oleh: 
ELANG BAGOES CANDRA KUSUMANINGRAT SE.I
BIN 
RAMA GURU PANGERAN HAJI MOCHAMMAD NURBUWAT PURBANINGRAT 


Pengguron islamiyah mempunyai 3 corak:
_pengguron 
_pesantren
_madrasah(Universitas Islam adalah kelanjutan dari Madrasah). 

Ad.1 Guru-guru Pengguron disebut Syaikuna/Rama guru. Siswanya terdiri atas pria dan wanita berumur sejak akil baligh hingga dekat habis umur dan disebut murid. Mereka (para murid) tidak mondok seperti para santri di pesantren. Para murid hanya sewaktu datang ke Pengguron dan menginap beberapa hari untuk menerima wejangan agama Islam serta pergaulan yang baik dengan sesama manusia dan loyal kepada pemerintah yang sah, juga menjauhi yang bersifat atheis. Pada waktu tertentu misalnya bulan Syawal, Maulud dan Rajab.Pengguron tidak memiliki struktur organisasi, tidak ada iuran untuk tiap bulannya dari para murid. Tetapi para murid hanya membawa sekedar natura dan sedekah uang semampunya untuk mematangi natura tersebut dan dimakan bersama dengan gurunya selama mereka menginap di Pengguron, (yang datang dari luar daerah). 
Ad. 2 Guru-guru Pesantren disebut Kyai, siswanya pria dan wanita disebut Santri, mereka mondok seperlunya di Pesantren. 
Ad. 3 Guru-guru di Madrasah disebut Ustad, siswanya pria dan wanita dan disebut murid, mereka belajar di kelas sambil duduk di bangku menghadapi papan tulis layaknya murid sekolah.

 Sejarah Pengguron
Misi  Agama Islam Awal mula di tanah Jawa khusunya  bagian barat pada abad Ke 13 tepatnya di daerah Karawang Terdapat Pengguron Agama Islam pertama yang didirikan seorang Syekh yang
bernama Syekh Quro Karawang. Dan Misi Agama Islam di Cirebon oleh Syekh Dzatuk Khafi ( Syekh Nurjati ) bertempat di Gunung Jati . Mereka datang dari tanah Mekkah al mukaromah dan Badgdad bertujuan untuk Berdagang sekaligus menyebarkan Agama Islam yang sebelumnya di tanah jawa dimayoritaskan beragama Hindu dan budha. Adapun di tanah Jawa bagian tengah dan Timur visi dan misi Penyebaran Agama Islam di bawa oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel.
Pengguron atau disebut juga sebagai Perguruan Agama Islam ini dalam berjalannya waktu berkembang menjadi Pengguron Thareqat dan Pesantren. Dan Pesantren  berkembang menjadi madrasah atau universitas islam.

Pengguron-Pengguron Cirebon telah Bershistoriscet/mempunyai Hak sejarah sekitar 600 tahun. Sekitar tahun 1420M datanglah serombongan pedagang dari Baghdad yang dipimpin Syekh Nurjati.  Oleh Ki Gedeng Tapa , Syekh Nurjati diijinkan menetap dan tinggal di kampung Pasambangan yang terletak di Gunung Jati. Dia berdakwah, dan ajaran Islam berkembang begitu cepat. Itulah awal mula Gunung Jati sebagai Pangguron Islam. Muridnya diantaranya adalah Raden Walangsungsang dan adiknya, Ratu Rarasantang, serta istrinya Nyi Endang Geulis. Keduanya adalah putra Raja Pajajaran, Raden Pamanarasa (Prabu Siliwangi) dengan Nyi Mas Subanglarang putri Ki Jumajan Jati, Syahbandar Pelabuhan Muara Jati. Karena pengaruhnya yang sangat besar bagi masyarakat sekitar, Syekh Idlofi juga disebut Syekh Dzatul Kahfi (“sesepuh yang mendiami gua”) atau Syekh Nur Jati (“sesepuh yang menyinari atau menyiarkan Gunung Jati”).
Setelah dianggap mumpuni, Raden Walangsungsang bersama adik dan istrinya diperintahkan oleh Syekh Nurjati agar membuka hutan untuk dijadikan pedukuhan yang lokasinya di selatan Gunung Jati Setelah selesai babat alas, pedukuhan itu disebut Tegal Alang-Alang. Raden Walangsungsang /disebut juga Elang Cakrabuwana sebagai penerus pengguron islam diangkat sebagai Kepala Dukuh dengan gelar Ki Kuwu dan dijuluki Pangeran Cakrabuana dan Atas perintah Syekh Nurjati, Cakrabuana dan Rarasantang pergi ibadah haji, sementara istrinya yang lagi mengandung tetap di Caruban. Pedukuhan kemudian diserahkan ke Ki Pengalang-Alang (Ki danusela). Di Mekkah, keduanya bermukim beberapa bulan di rumah Syekh Bayanillah. Rarasantang kemudian disunting oleh seorang pembesar Kota Isma’iliyah Mesir bernama Sulton Syarif Abdillah bin Nurul Alim dari suku Bani Hasyim. Rarasantang kemudian berganti nama Syarifah Muda’im. Dari perkawinan ini lahirlah Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.
Pengguron di teruskan oleh Raden Walangsungsang di Pengguron pasambangan Gunung sembung dan yang pada saat itu juga menjabat sebagai Ki Kuwu cerbon dan di berikan gelar Haji Abdul imam Pangeran Cakrabuwana. Murid-murid beliau sangatlah banyak di dukung dengan status perekonomiannya sangatlah Pesat. Pedukuhan Caruban yang berkembang pesat kemudian diganti namanya menjadi Nagari Caruban Larang. Negeri ini diresmikan oleh Prabu Siliwangi -meskipun secara prinsip Raja Pajajaran ini kurang berkenan atas tindakan anaknya tersebut dan Pangeran Cakrabuana diberinya gelar “Sri Manggana“. Pangeran Cakrabuana lalu membangun Istana Pakungwati, sesuai nama puterinya yang lahir ketika dia masih di Mekkah. Untuk kunjungan tetapnya ke Syekh Nurjati, Pangeran Cakrabuana Ki Kuwu Cerbon membangun tempat peristirahatan yang disebut pertamanan Gunung Sembung. Lokasinya berada di sebelah barat Gunung Jati, jaraknya sekitar 200m. Pada akhirnya pertamanan ini menjadi pemakaman pendirinya berikut keturunannya. Pangeran Cakrabuana kemudian menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya, Nyi Ratu Pakungwati. Tahun 1479M, Cakrabuana yang sudah berusia lanjut digantikan oleh keponakan sekaligus menantunya yaitu Syaikh Syarif Hidayatullah dinobatkan menjadi Panetep Agama dan Kepala Negara, Syaikh Syarief Hidayatullah Bergelar Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara sekaligus menjadi penetap Panata Agama di Cirebon, dan bergelar:" Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Khalifatur Rasulullah SAW, dan pada saat inilah Keraton/kesultanan cirebon mengalami Kemajuan yang sangat pesat dalam Pemerintahan yang berbasiz Agama Islam.dan seterusnya dilanjutkan oleh panembahan.
Pada era panembahan ratu Girilaya II Wafat Kesultanan Cirebon terpecah terbagi 2 yang di teruskan oleh ke dua putranya yaitu Sultan Syamsudin Kesepuhan dan Sultan Badrudin kanoman . Sultan badrudin Kanoman mempunyai Putra  Sulung/Putra mahkota Pangeran Raja Adipati Kaprabon yang kalungguhanya adalah menjadi sultan untuk pengganti ayahandanya di keraton kanoman tetapi Pangeran Raja adipati kaprabon Tidak bersedia diangkat sebagai sultan di kanoman ,beliau lebih tertarik mendalami Agama Islam,Khususnya Thareqat Agama Islam.Beliau ingin Meneruskan wasiat Sunan Gunung Jati dalam penyebaran Agama Islam.
lalu beliau berinisiatif Mendirikan untuk Meneruskan Pengguron yang pada masa sebelumnya Pengguron Berada didalam Keraton dan dengan persetujuan Ayahandanya dan diberilah sebidang tanah di sebelah timur alun-alun keraton kanoman , Maka didirikanlah sebuah bangunan sebagai pusat Perguruan(pengguron) Thareqat Agama Islam . dan untuk seterusnya di sebut dengan kaprabonan( Mengambil nama dari Pangeran Raja Adipati kaprabon).Pengguron Agama Islam berkembang menjadi 2 yaitu Pengguron Thareqat (khusus) dan Pesantren(umum)

Pengguron Thareqat Agama islam Pegajahan Cirebon adalah Sebagai Penerus dari Pengguron Kaprabonan yang pada masa Kanjeng Pangeran Syekh Muhammad Nurullah Akbarudin(P.M. Arifudin Purbaingrat) Pengguron di pindah dan berdomisili  di Pegajahan Cirebon pada tahun 1949M.dan Pengguron Thareqat Agama Islam Pegajahan Cirebon Sekarang di teruskan Oleh Putra dari Kanjeng Pangeran Syekh Muhammad Nurullah Akbarudin (P.M. Arifudin Purbaingrat ) yaitu Kanjeng Pangeran Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin( P.M Nurbuwat Purbaningrat ).

Pengguron tergolong dalam ahlus sunah waljamaah,  beramaliah di atas landasan Al-Qur’ an dan sunah rasul  serta dalam ruang lingkup rukun islam ada lima dan rukun iman ada enam , serta “Imtitsalut” awamir wa ijjtinabuna’awali/ mematuhi  perintah dan  larangan-larangan syareat  rasul, menunju kepada  kebahagian  lahir-batin. Firman tuhan dalam Al-Qur’an adalah:  robbana atina fiddunya khasanah kenikmatan wafil akhirati khasanah  wakhina adzabannar yang artinya ya allah berilah kami kenikmatan hidup di dunia dan akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka. Dan Seyogyanya Pula kita berpegangan Kepada Orang-Orang bijak Terdahulu yakni: Watamassak bil Qur’anil ‘aduim wa sunnah rosulillahi karim tahtandu wa tatsbudu’ala sirotillahil mustakim yang artinya Berpeganglah anda kepada Al-Qur’an yang agung dan Sunnah Rasulullah yang mulia Niscaya akan di tunjukan dan di kokohkanatas jalan yang lurus. Disamping itu ahli Pengguron Pegajahan Cirebon  Khususnya Mengamalkan Thareqat Syatrariyah untuk menuju pembangunan manusia seutuhnya dalam derajat insanul kamil atau manusia sempurna.
Thareqat Menurut Rama Guru kanjeng Pangeran Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin yaitu Suatu Jalan untuk menuju hakekat hidup yang membawa manusia diharapkan menjadi lebih baik optimis dan dinamis dalam mengarungi kehidupan.

Thareqat syatariyah adalah Ilmu Ketauhidan, Thareqat Syatoriyah adalah sebuah nama thareqat sebagai balasanillahi kepada muslim dan muslimat yang membaca surat Al-Fatikhah sebanyak 17 kali sehari semalam. Dalam Shalat 5 waktu. Dalam surat Al-fatikhah terdapat ayat-ayat yang bunyinya demikian: ih dinas sirotol mustaqim, sirotol ladzina an’amta alaihim, ghiril maghdlubi’ alaihim waladholin. Yang berarti Tunjukanlah Kami pada jalan yang lurus jalan yang mereka tuhan beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang tuhan murkai dan yang sesat.  Jalan yang lurus adalah bermakna lurus kepada mardhotillah/surga duniawi ukhrowo ialah yang tercapai oleh nabi, wali dan mukmin serta terhindar dari jalannya mereka yang di murkai sesat.

A.   Riwayat dan silsilah Thareqat Syatoriyah
Riwayat Thareqat Syatariyah adalah kala Nabi muhammad Saw sedang mendirikan sholat lima waktu pada akhir salamnya terdengar ada yang membalas salamnya waalaikum’salam,ternyata yang membalas salamnya adalah seorang pemuda yang tampan sempurna, ini adalah penjelmaan malaikat jibril As yang turun menyerahkan amalan Thareqat Syatoriyah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Kemudian beliau membaiat thareqat Syatoriyah kepada Ali ra dan Siti fatimah ra.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW saat menjawab pertanyaan Ali bin Abi thalib setelah selali Shalatnya:Ali bertanya: Ya nabi tunjukanlah daku thuruq yang sedekat-dekatnya dan semulia-mulianya kepada allah yang semudah-mudahnya di kerjakan oleh hamba.. Nabi menjawab: Ali hendaknya engkau selalu berdzikir dan ingat kepada allah, secara terang-terangan atau dalam hati. Kata Ali: Tiap orangt berdzikir, sedang aku menghendaki dari engkau khusus untukku. Nabi Menjawab: Sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan dan yang telah di ucapkan oleh nabi-nabi sebelumku ialah kliamah la’ilahailallah’ tiada tuhan selain allah, jika di timbang dengan timbangan, pada sebelah imbangan di tumpukan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan pada timbangan yang lain di letakkan kalimah la’ilahailallah, pasti timbangan yang memuat kaliamt tersebut itu lebih berat dari pada yang lain. Kemudiaan Rasulullah Nabi muhammad SAW membaiat Thareqat Syatoriyah kepada Syyauidina Ali Ra dan Siti Fatimah Ra. Sebagaimana thareqat pada umumnya , thareqat ini memiliki sanad atau silsilah para washitah yang bersambung kepada Rasulullah nabi Muhammad SAW,. Atas petunjuk Allah SWT, menujuk Ali bin abi thalib untuk mewakilinya dalam melanjutkan fungsinya sebagai Ahl Adz dzikr, tugas dan fungsi kerasullanya. Dan kemudian Ali menyerahkan risalahnya sebagai ahl Adz Dzikir kepada putranya, Husein bin Ali ,dan demikian seterusnya hingga sekarang. Thareqat inipun pada abad ke-14 dipopulerkan/dinisabkan oleh Abdullah As-syatar. Tarekat Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun. Tarekat ini dianggap sebagai suatu tarekat tersendiri yang memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri dalam keyakinan dan praktik.Nisbah asy-Syattar yang berasal dari kata syatara, artinya membelah dua, dan nampaknya yang dibelah dalam hal ini adalah kalimah tauhid yang dihayati di dalam dzikir nafi itsbat, la ilaha (nafi) dan illallah (itsbah), juga nampaknya merupakan pengukuhan dari gurunya atas derajat spiritual yang dicapainya yang kemudian membuatnya berhak mendapat pelimpahan hak dan wewenang sebagai Washitah (Mursyid). Istilah Syattar sendiri, menurut Najmuddin Kubra, adalah tingkat pencapaian spiritual tertinggi, kemudian juga dipakai di dalam Tarekat Syattaryah ini. Syattar dalam tarekat ini adalah para sufi yang telah mampu meniadakan zat, sifat, dan af'al diri (wujud jiwa raga).

B. Amalan dan Dzikir Thareqat Syyatariayah Agama Islam    Pegajahan Cirebon:
Thareqat Syatoriyah amalannya adalah Dzikir kalimah toyibah ialah LA’ILAHAILALLAH ba’da sholat subuh dan isya, setelah dzikir tersebut diatas ditambah dengan dzikir itsbat ILLALLAH, ALLAH, HU dan ditutup dengan mengucapkan HU KHAYUN DA IM. Sebagai Firman Allah SWT: Yaa ayuhaladzina amanudz kurullaha dzikron kastsiron. Wasabihu hu bukrotan wa’asyilan. Ynag artinya: Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan menyebut Nama Allah), Dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-NYA di waktu pagi dan petang.( QS.Al_ Ahzab: 41-42)
Thareqat Syatariah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan dzikir,didalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan dzikir yang jumlahnya lebih banyak dari pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang shalat,zakat dan sebaginya. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan dzikir (secara luas) memiliki kedudukan yang cukup penting disbanding ibadah-ibadah yang lainnya. Dzikir dalam thareqat syattariyah dilakukan dengan jahar(Bersuara) dan sirri/khafi (dalam hati)pembacaan dzikir secara bersuara merupakan ibadah yang lazim dikerjkan da cukup diketahui daar-dasarnya oleh kebanyakan umat Islam, dan ini didasarkan pada firman Allah: ‘’ Berdzikirlah kau dengan hatimu secara merendahkan diri dan rasa takut, dzikir itu tidak diucapkan secara lisan (Q.S.Al A’Raf 205) dan didasarkan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut: Dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat itu lebih utama dari pada dzikir bersuara, dengan perbandingan satu banding tujuh puluh.

Dzikir dalam Thareqat Syattariyah:
Aturan-aturan berdzikir: Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untukmengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana’. Penganut Tarekat Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat ini, yaitu dengan Membentuk Akhlakul Karimah yaitu dengan cara: taubat, zuhud, tawakkal, qana’ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah.
 Tingkatan dzikir: Pelaksanaan dzikir bagi penganut tarekat Syattariyah dibagi menjadi tiga tataran, yaitu: mubtadi (tingkat permulaan), mutawasitah (tingkat menengah), dan Insan Kamil (tingkat terakhir)serta Kamil Mukamil. Tataran ini dapat dicapai oleh seseorang yang mampu mengumpulkan dua makrifat, yaitu ma’rifat tanziyyah dan ma’rifat tasybiyyah. Ma’rifat tanziyyah adalah ‘suatu iktikad bahwa Allah tidak dapat diserupakan dengan sesuatu apapun’. Pada makrifat ini segala sesuatu dilihat dari segi batiniah/hakikatnya. Sedangkan ma’rifat tasybiyyah adalah ‘mengetahui dan mengiktikadkan bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar’, dalam makrifat ini segala sesuatu dilihat dari segi lahiriahnya.


Silsilah Tharekat Syatariyah Pengguron Pegajahan Cirebon.

Kanjeng Syyaidina Nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah(Istri Syyaidina Ali ra.), Syyaidina Husaein, Syyaid Janeal Abidin, Syyaid Muhammad Bakir, Syyaid Imam Ja'far As Shidiq, Syyaid Kasim Al kamil , Syyaid Idris, Syyaid Al Bakir, Syyaid Akhmad, Syyaid Baidillah, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi, Syyaid Ali Gajam, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi(mesir), Syyaid Abdul Malik(India), Syyaid Al Amiir Abdulah, Syyaid Jalaludin, Syyaid Jamalludin(kamboja) , Syyaid Nurrul Alim(Mesir). Syyaid Syarif Abdullah(Sultan Mesir), Syyaidina Maulana Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon), Pangeran M.Tajul Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan Ratu I Cirebon, Panembahan Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya, Sultan Raja Muhammad Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati Kaprabon , Pangeran Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat, Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat, Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat.

Silsilah Trah Rama Guru Ke Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kanjeng Syyaidina Nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah(Istri Syyaidina Ali ra.), Syyaidina Husaein, Syyaid Janeal Abidin, Syyaid Muhammad Bakir, Syyaid Imam Ja'far As Shidiq, Syyaid Kasim Al kamil , Syyaid Idris, Syyaid Al Bakir, Syyaid Akhmad, Syyaid Baidillah, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi, Syyaid Ali Gajam, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi(mesir), Syyaid Abdul Malik(India), Syyaid Al Amiir Abdulah, Syyaid Jalaludin, Syyaid Jamalludin(kamboja) , Syyaid Nurrul Alim(Mesir). Syyaid Syarif Abdullah(Sultan Mesir), Syyaidina Maulana Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon), Pangeran M.Tajul Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan Ratu I Cirebon, Panembahan Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya, Sultan Raja Muhammad Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati Kaprabon , Pangeran Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat, Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat, Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat

Silsilah Rama Guru Pengguron Pegajahan Cirebon.

Syekh Nurjati, Haji Abdul Imam Mbah  kuwu cerbon Pangeran Cakrabuwana,  Syyaidina Maulana Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon), Pangeran M.Tajul Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan Ratu I Cirebon, Panembahan Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya, Sultan Raja Muhammad Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati Kaprabon , Pangeran Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat, Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat, Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat


Senin, 26 Agustus 2013

ELANG BAGOES CANDRA KUSUMANINGRAT@PENGGURON PEGAJAHAN






  

Minggu, 10 Januari 2010

IDENTITAS PENGGURON PEGAJAHAN CIREBON













    ''Rama Guru dan Para Murid Pengguron Thareqat Agama Islam Pegajahan Cirebon''

    2015
















     














     Wayang Da'wah di dalangi oleh Ki Selamet dari banyumas Murid Pengguron dengan izin Rama guru