RAMA GURU
Rama Guru Pangeran Mohammad Arifudin
Purbaningrat di Lahirkan pada tahun 1908 M di Kaprabonan, Wafat th 1976 M di
Pegajahan Cirebon dan diKebumikan di Astana Gunung Sembung Gunung Jati,
sekaligus Pendiri Pengguron Pegajahan Cirebon, Beliau adalah Putra dari Rama
Guru Sebelumnya Pangeran Mohammad Appiyah Adikusuma II yang bergelar Kanjeng
Pangeran Syaikh Mohammad Nurullah Badridin Bin Pangeran Adikusuma Adiningrat
Syaikh Mohammad Habibudin Kanjeng Raden Kaprabonan.
semasa hidupnya beliau menghabiskan sisa
umurnya untuk mendakwahkan ajaran Thareqat Agama Islam, khusunya Thareqat
Syyatariyah, sebagaimana Ajaran Thareq yang diajarkan Para Nabi dan waliyullah,
Ikhwannya hingga keseluruh Nusantara terutama wilayah Terbesarnya di
Ciamis,Tasikmalaya, Cirebon Kuningan Majalengka Indramayu Jawabarat dan
Banyumas, Cilacap Jawa Tengah.
Sepeninggalan Alm. Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat,
Pengguron Thareqat Agama Islam Pegajahan Cirebon di Teruskan Oleh Putranya
Yaitu Pangeran Mohammad Nurbuwat Purbaningrat yang bergelar Kanjeng Pangeran
Syaikh Mohammad Nurullah Makmurudin , dilahirkan pada tahun 1945 M. Hingga saat
Ini Meneruskan Pengajarannya dan Berkembang semakin Pesat.
Di Susun Oleh:
ELANG
BAGOES CANDRA KUSUMANINGRAT SE.I
BIN
RAMA
GURU PANGERAN HAJI MOCHAMMAD NURBUWAT PURBANINGRAT
Pengguron islamiyah mempunyai 3
corak:
_pengguron
_pesantren
_madrasah(Universitas Islam adalah
kelanjutan dari Madrasah).
Ad.1 Guru-guru Pengguron
disebut Syaikuna/Rama guru. Siswanya terdiri atas pria dan wanita berumur sejak
akil baligh hingga dekat habis umur dan disebut murid. Mereka (para murid)
tidak mondok seperti para santri di pesantren. Para murid hanya sewaktu datang
ke Pengguron dan menginap beberapa hari untuk menerima wejangan agama Islam
serta pergaulan yang baik dengan sesama manusia dan loyal kepada pemerintah
yang sah, juga menjauhi yang bersifat atheis. Pada waktu tertentu misalnya
bulan Syawal, Maulud dan Rajab.Pengguron tidak memiliki struktur organisasi,
tidak ada iuran untuk tiap bulannya dari para murid. Tetapi para murid hanya
membawa sekedar natura dan sedekah uang semampunya untuk mematangi natura
tersebut dan dimakan bersama dengan gurunya selama mereka menginap di
Pengguron, (yang datang dari luar daerah).
Ad. 2 Guru-guru Pesantren
disebut Kyai, siswanya pria dan wanita disebut Santri, mereka mondok seperlunya
di Pesantren.
Ad. 3 Guru-guru di Madrasah disebut Ustad, siswanya pria dan
wanita dan disebut murid, mereka belajar di kelas sambil duduk di bangku
menghadapi papan tulis layaknya murid sekolah.
Sejarah Pengguron
Misi
Agama Islam Awal mula di tanah Jawa khusunya bagian barat pada abad Ke 13
tepatnya di daerah Karawang Terdapat Pengguron Agama Islam pertama yang
didirikan seorang Syekh yang
bernama
Syekh Quro Karawang. Dan Misi Agama Islam di Cirebon oleh Syekh Dzatuk Khafi (
Syekh Nurjati ) bertempat di Gunung Jati . Mereka datang dari tanah Mekkah al
mukaromah dan Badgdad bertujuan untuk Berdagang sekaligus menyebarkan Agama
Islam yang sebelumnya di tanah jawa dimayoritaskan beragama Hindu dan budha.
Adapun di tanah Jawa bagian tengah dan Timur visi dan misi Penyebaran Agama
Islam di bawa oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel.
Pengguron
atau disebut juga sebagai Perguruan Agama Islam ini dalam berjalannya waktu
berkembang menjadi Pengguron Thareqat dan Pesantren. Dan Pesantren
berkembang menjadi madrasah atau universitas islam.
Pengguron-Pengguron
Cirebon telah Bershistoriscet/mempunyai Hak sejarah sekitar 600 tahun. Sekitar
tahun 1420M datanglah serombongan pedagang dari Baghdad yang dipimpin Syekh Nurjati.
Oleh Ki Gedeng Tapa , Syekh Nurjati diijinkan menetap dan tinggal di
kampung Pasambangan yang terletak di Gunung Jati. Dia berdakwah, dan ajaran
Islam berkembang begitu cepat. Itulah awal mula Gunung Jati sebagai Pangguron
Islam. Muridnya diantaranya adalah Raden Walangsungsang dan adiknya, Ratu
Rarasantang, serta istrinya Nyi Endang Geulis. Keduanya adalah putra Raja
Pajajaran, Raden Pamanarasa (Prabu Siliwangi) dengan Nyi Mas Subanglarang putri
Ki Jumajan Jati, Syahbandar Pelabuhan Muara Jati. Karena pengaruhnya yang
sangat besar bagi masyarakat sekitar, Syekh Idlofi juga disebut Syekh Dzatul
Kahfi (“sesepuh yang mendiami gua”) atau Syekh Nur Jati (“sesepuh yang
menyinari atau menyiarkan Gunung Jati”).
Setelah
dianggap mumpuni, Raden Walangsungsang bersama adik dan istrinya diperintahkan
oleh Syekh Nurjati agar membuka hutan untuk dijadikan pedukuhan yang lokasinya
di selatan Gunung Jati Setelah selesai babat alas, pedukuhan itu disebut Tegal
Alang-Alang. Raden Walangsungsang /disebut juga Elang Cakrabuwana sebagai
penerus pengguron islam diangkat sebagai Kepala Dukuh dengan gelar Ki Kuwu dan
dijuluki Pangeran Cakrabuana dan Atas perintah Syekh Nurjati, Cakrabuana dan
Rarasantang pergi ibadah haji, sementara istrinya yang lagi mengandung tetap di
Caruban. Pedukuhan kemudian diserahkan ke Ki Pengalang-Alang (Ki danusela). Di
Mekkah, keduanya bermukim beberapa bulan di rumah Syekh Bayanillah. Rarasantang
kemudian disunting oleh seorang pembesar Kota Isma’iliyah Mesir bernama Sulton
Syarif Abdillah bin Nurul Alim dari suku Bani Hasyim. Rarasantang kemudian
berganti nama Syarifah Muda’im. Dari perkawinan ini lahirlah Syarif
Hidayatullah dan Syarif Nurullah.
Pengguron
di teruskan oleh Raden Walangsungsang di Pengguron pasambangan Gunung sembung
dan yang pada saat itu juga menjabat sebagai Ki Kuwu cerbon dan di berikan
gelar Haji Abdul imam Pangeran Cakrabuwana. Murid-murid beliau sangatlah banyak
di dukung dengan status perekonomiannya sangatlah Pesat. Pedukuhan Caruban yang
berkembang pesat kemudian diganti namanya menjadi Nagari Caruban Larang. Negeri
ini diresmikan oleh Prabu Siliwangi -meskipun secara prinsip Raja Pajajaran ini
kurang berkenan atas tindakan anaknya tersebut dan Pangeran Cakrabuana
diberinya gelar “Sri Manggana“. Pangeran Cakrabuana lalu membangun Istana
Pakungwati, sesuai nama puterinya yang lahir ketika dia masih di Mekkah. Untuk
kunjungan tetapnya ke Syekh Nurjati, Pangeran Cakrabuana Ki Kuwu Cerbon
membangun tempat peristirahatan yang disebut pertamanan Gunung Sembung.
Lokasinya berada di sebelah barat Gunung Jati, jaraknya sekitar 200m. Pada
akhirnya pertamanan ini menjadi pemakaman pendirinya berikut keturunannya.
Pangeran Cakrabuana kemudian menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya,
Nyi Ratu Pakungwati. Tahun 1479M, Cakrabuana yang sudah berusia lanjut
digantikan oleh keponakan sekaligus menantunya yaitu Syaikh Syarif Hidayatullah
dinobatkan menjadi Panetep Agama dan Kepala Negara, Syaikh Syarief Hidayatullah
Bergelar Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara sekaligus menjadi penetap
Panata Agama di Cirebon, dan bergelar:" Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan
Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Khalifatur Rasulullah
SAW, dan pada saat inilah Keraton/kesultanan cirebon mengalami Kemajuan yang
sangat pesat dalam Pemerintahan yang berbasiz Agama Islam.dan seterusnya
dilanjutkan oleh panembahan.
Pada era
panembahan ratu Girilaya II Wafat Kesultanan Cirebon terpecah terbagi 2 yang di
teruskan oleh ke dua putranya yaitu Sultan Syamsudin Kesepuhan dan Sultan
Badrudin kanoman . Sultan badrudin Kanoman mempunyai Putra Sulung/Putra
mahkota Pangeran Raja Adipati Kaprabon yang kalungguhanya adalah menjadi sultan
untuk pengganti ayahandanya di keraton kanoman tetapi Pangeran Raja adipati
kaprabon Tidak bersedia diangkat sebagai sultan di kanoman ,beliau lebih
tertarik mendalami Agama Islam,Khususnya Thareqat Agama Islam.Beliau ingin
Meneruskan wasiat Sunan Gunung Jati dalam penyebaran Agama Islam.
lalu
beliau berinisiatif Mendirikan untuk Meneruskan Pengguron yang pada masa sebelumnya
Pengguron Berada didalam Keraton dan dengan persetujuan Ayahandanya dan
diberilah sebidang tanah di sebelah timur alun-alun keraton kanoman , Maka
didirikanlah sebuah bangunan sebagai pusat Perguruan(pengguron) Thareqat Agama
Islam . dan untuk seterusnya di sebut dengan kaprabonan( Mengambil nama dari
Pangeran Raja Adipati kaprabon).Pengguron Agama Islam berkembang menjadi 2
yaitu Pengguron Thareqat (khusus) dan Pesantren(umum)
Pengguron
Thareqat Agama islam Pegajahan Cirebon adalah Sebagai Penerus dari Pengguron
Kaprabonan yang pada masa Kanjeng Pangeran Syekh Muhammad Nurullah
Akbarudin(P.M. Arifudin Purbaingrat) Pengguron di pindah dan berdomisili
di Pegajahan Cirebon pada tahun 1949M.dan Pengguron Thareqat Agama Islam
Pegajahan Cirebon Sekarang di teruskan Oleh Putra dari Kanjeng Pangeran Syekh
Muhammad Nurullah Akbarudin (P.M. Arifudin Purbaingrat ) yaitu Kanjeng Pangeran
Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin( P.M Nurbuwat Purbaningrat ).
Pengguron
tergolong dalam ahlus sunah waljamaah, beramaliah di atas landasan
Al-Qur’ an dan sunah rasul serta dalam ruang lingkup rukun islam ada lima
dan rukun iman ada enam , serta “Imtitsalut” awamir wa ijjtinabuna’awali/
mematuhi perintah dan larangan-larangan syareat rasul,
menunju kepada kebahagian lahir-batin. Firman tuhan dalam Al-Qur’an
adalah: robbana atina fiddunya khasanah kenikmatan wafil akhirati
khasanah wakhina adzabannar yang artinya ya allah berilah kami kenikmatan
hidup di dunia dan akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka. Dan
Seyogyanya Pula kita berpegangan Kepada Orang-Orang bijak Terdahulu yakni:
Watamassak bil Qur’anil ‘aduim wa sunnah rosulillahi karim tahtandu wa
tatsbudu’ala sirotillahil mustakim yang artinya Berpeganglah anda kepada
Al-Qur’an yang agung dan Sunnah Rasulullah yang mulia Niscaya akan di tunjukan
dan di kokohkanatas jalan yang lurus. Disamping itu ahli Pengguron Pegajahan
Cirebon Khususnya Mengamalkan Thareqat Syatrariyah untuk menuju
pembangunan manusia seutuhnya dalam derajat insanul kamil atau manusia
sempurna.
Thareqat
Menurut Rama Guru kanjeng Pangeran Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin
yaitu Suatu Jalan untuk menuju hakekat hidup yang membawa manusia diharapkan
menjadi lebih baik optimis dan dinamis dalam mengarungi kehidupan.
Thareqat
syatariyah adalah Ilmu Ketauhidan, Thareqat Syatoriyah adalah sebuah nama
thareqat sebagai balasanillahi kepada muslim dan muslimat yang membaca surat
Al-Fatikhah sebanyak 17 kali sehari semalam. Dalam Shalat 5 waktu. Dalam surat
Al-fatikhah terdapat ayat-ayat yang bunyinya demikian: ih dinas sirotol
mustaqim, sirotol ladzina an’amta alaihim, ghiril maghdlubi’ alaihim
waladholin. Yang berarti Tunjukanlah Kami pada jalan yang lurus jalan yang
mereka tuhan beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang tuhan murkai dan
yang sesat. Jalan yang lurus adalah bermakna lurus kepada
mardhotillah/surga duniawi ukhrowo ialah yang tercapai oleh nabi, wali dan
mukmin serta terhindar dari jalannya mereka yang di murkai sesat.
A. Riwayat
dan silsilah Thareqat Syatoriyah
Riwayat
Thareqat Syatariyah adalah kala Nabi muhammad Saw sedang mendirikan sholat lima
waktu pada akhir salamnya terdengar ada yang membalas salamnya
waalaikum’salam,ternyata yang membalas salamnya adalah seorang pemuda yang
tampan sempurna, ini adalah penjelmaan malaikat jibril As yang turun
menyerahkan amalan Thareqat Syatoriyah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Kemudian beliau membaiat thareqat Syatoriyah kepada Ali ra dan Siti fatimah ra.
Rasulullah
Nabi Muhammad SAW saat menjawab pertanyaan Ali bin Abi thalib setelah selali
Shalatnya:Ali bertanya: Ya nabi tunjukanlah daku thuruq yang sedekat-dekatnya
dan semulia-mulianya kepada allah yang semudah-mudahnya di kerjakan oleh
hamba.. Nabi menjawab: Ali hendaknya engkau selalu berdzikir dan ingat kepada allah,
secara terang-terangan atau dalam hati. Kata Ali: Tiap orangt berdzikir, sedang
aku menghendaki dari engkau khusus untukku. Nabi Menjawab: Sebaik-baik
perkataan yang aku ucapkan dan yang telah di ucapkan oleh nabi-nabi sebelumku
ialah kliamah la’ilahailallah’ tiada tuhan selain allah, jika di timbang dengan
timbangan, pada sebelah imbangan di tumpukan tujuh petala langit dan tujuh
petala bumi dan pada timbangan yang lain di letakkan kalimah la’ilahailallah,
pasti timbangan yang memuat kaliamt tersebut itu lebih berat dari pada yang
lain. Kemudiaan Rasulullah Nabi muhammad SAW membaiat Thareqat Syatoriyah
kepada Syyauidina Ali Ra dan Siti Fatimah Ra. Sebagaimana thareqat pada umumnya
, thareqat ini memiliki sanad atau silsilah para washitah yang bersambung
kepada Rasulullah nabi Muhammad SAW,. Atas petunjuk Allah SWT, menujuk Ali bin
abi thalib untuk mewakilinya dalam melanjutkan fungsinya sebagai Ahl Adz dzikr,
tugas dan fungsi kerasullanya. Dan kemudian Ali menyerahkan risalahnya sebagai
ahl Adz Dzikir kepada putranya, Husein bin Ali ,dan demikian seterusnya hingga
sekarang. Thareqat inipun pada abad ke-14 dipopulerkan/dinisabkan oleh Abdullah
As-syatar. Tarekat Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari
persatuan sufi mana pun. Tarekat ini dianggap sebagai suatu tarekat tersendiri
yang memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri dalam keyakinan dan
praktik.Nisbah asy-Syattar yang berasal dari kata syatara, artinya membelah
dua, dan nampaknya yang dibelah dalam hal ini adalah kalimah tauhid yang
dihayati di dalam dzikir nafi itsbat, la ilaha (nafi) dan illallah (itsbah),
juga nampaknya merupakan pengukuhan dari gurunya atas derajat spiritual yang
dicapainya yang kemudian membuatnya berhak mendapat pelimpahan hak dan wewenang
sebagai Washitah (Mursyid). Istilah Syattar sendiri, menurut Najmuddin Kubra,
adalah tingkat pencapaian spiritual tertinggi, kemudian juga dipakai di dalam
Tarekat Syattaryah ini. Syattar dalam tarekat ini adalah para sufi yang telah
mampu meniadakan zat, sifat, dan af'al diri (wujud jiwa raga).
B. Amalan
dan Dzikir Thareqat Syyatariayah Agama Islam Pegajahan Cirebon:
Thareqat
Syatoriyah amalannya adalah Dzikir kalimah toyibah ialah LA’ILAHAILALLAH ba’da
sholat subuh dan isya, setelah dzikir tersebut diatas ditambah dengan dzikir
itsbat ILLALLAH, ALLAH, HU dan ditutup dengan mengucapkan HU KHAYUN DA IM.
Sebagai Firman Allah SWT: Yaa ayuhaladzina amanudz kurullaha dzikron kastsiron.
Wasabihu hu bukrotan wa’asyilan. Ynag artinya: Hai orang-orang yang beriman
berdzikirlah (dengan menyebut Nama Allah), Dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-NYA di waktu pagi dan petang.( QS.Al_ Ahzab: 41-42)
Thareqat
Syatariah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan dzikir,didalam Al-Quran
terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan dzikir yang
jumlahnya lebih banyak dari pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang
shalat,zakat dan sebaginya. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan dzikir (secara
luas) memiliki kedudukan yang cukup penting disbanding ibadah-ibadah yang
lainnya. Dzikir dalam thareqat syattariyah dilakukan dengan jahar(Bersuara) dan
sirri/khafi (dalam hati)pembacaan dzikir secara bersuara merupakan ibadah yang
lazim dikerjkan da cukup diketahui daar-dasarnya oleh kebanyakan umat Islam, dan
ini didasarkan pada firman Allah: ‘’ Berdzikirlah kau dengan hatimu secara
merendahkan diri dan rasa takut, dzikir itu tidak diucapkan secara lisan
(Q.S.Al A’Raf 205) dan didasarkan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi
sebagai berikut: Dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat itu lebih utama dari
pada dzikir bersuara, dengan perbandingan satu banding tujuh puluh.
Dzikir
dalam Thareqat Syattariyah:
Aturan-aturan
berdzikir: Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untukmengembangkan
suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati,
tetapi tidak harus melalui tahap fana’. Penganut Tarekat Syattariyah percaya
bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan
yang paling utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum
Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan
Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar
(orang-orang terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai
rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tarekat ini, yaitu dengan Membentuk Akhlakul Karimah yaitu
dengan cara: taubat, zuhud, tawakkal, qana’ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla,
dzikir, dan musyahadah.
Tingkatan
dzikir: Pelaksanaan dzikir bagi penganut tarekat Syattariyah dibagi
menjadi tiga tataran, yaitu: mubtadi (tingkat permulaan), mutawasitah (tingkat
menengah), dan Insan Kamil (tingkat terakhir)serta Kamil Mukamil. Tataran ini
dapat dicapai oleh seseorang yang mampu mengumpulkan dua makrifat, yaitu
ma’rifat tanziyyah dan ma’rifat tasybiyyah. Ma’rifat tanziyyah adalah ‘suatu
iktikad bahwa Allah tidak dapat diserupakan dengan sesuatu apapun’. Pada
makrifat ini segala sesuatu dilihat dari segi batiniah/hakikatnya. Sedangkan
ma’rifat tasybiyyah adalah ‘mengetahui dan mengiktikadkan bahwa Allah Maha
Melihat dan Maha Mendengar’, dalam makrifat ini segala sesuatu dilihat dari
segi lahiriahnya.
Silsilah Tharekat Syatariyah Pengguron Pegajahan Cirebon.
Kanjeng
Syyaidina Nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah(Istri Syyaidina Ali ra.),
Syyaidina Husaein, Syyaid Janeal Abidin, Syyaid Muhammad Bakir, Syyaid Imam
Ja'far As Shidiq, Syyaid Kasim Al kamil , Syyaid Idris, Syyaid Al Bakir,
Syyaid Akhmad, Syyaid Baidillah, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi, Syyaid Ali
Gajam, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi(mesir), Syyaid Abdul Malik(India), Syyaid
Al Amiir Abdulah, Syyaid Jalaludin, Syyaid Jamalludin(kamboja) , Syyaid
Nurrul Alim(Mesir). Syyaid Syarif Abdullah(Sultan Mesir), Syyaidina Maulana
Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon), Pangeran M.Tajul
Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan Ratu I Cirebon, Panembahan
Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya, Sultan Raja Muhammad
Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati Kaprabon , Pangeran
Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat,
Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran
Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat,
Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat.
Silsilah Trah Rama Guru Ke Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kanjeng Syyaidina Nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah(Istri Syyaidina Ali ra.), Syyaidina Husaein, Syyaid Janeal Abidin, Syyaid Muhammad Bakir, Syyaid Imam Ja'far As Shidiq, Syyaid Kasim Al kamil , Syyaid Idris, Syyaid Al Bakir, Syyaid Akhmad, Syyaid Baidillah, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi, Syyaid Ali Gajam, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi(mesir), Syyaid Abdul Malik(India), Syyaid Al Amiir Abdulah, Syyaid Jalaludin, Syyaid Jamalludin(kamboja) , Syyaid Nurrul Alim(Mesir). Syyaid Syarif Abdullah(Sultan Mesir), Syyaidina Maulana Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon), Pangeran M.Tajul Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan Ratu I Cirebon, Panembahan Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya, Sultan Raja Muhammad Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati Kaprabon , Pangeran Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat, Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat, Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat
Kanjeng Syyaidina Nabi Muhammad SAW. Siti Fatimah(Istri Syyaidina Ali ra.), Syyaidina Husaein, Syyaid Janeal Abidin, Syyaid Muhammad Bakir, Syyaid Imam Ja'far As Shidiq, Syyaid Kasim Al kamil , Syyaid Idris, Syyaid Al Bakir, Syyaid Akhmad, Syyaid Baidillah, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi, Syyaid Ali Gajam, Syyaid Muhammad, Syyaid Alwi(mesir), Syyaid Abdul Malik(India), Syyaid Al Amiir Abdulah, Syyaid Jalaludin, Syyaid Jamalludin(kamboja) , Syyaid Nurrul Alim(Mesir). Syyaid Syarif Abdullah(Sultan Mesir), Syyaidina Maulana Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon), Pangeran M.Tajul Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan Ratu I Cirebon, Panembahan Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya, Sultan Raja Muhammad Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati Kaprabon , Pangeran Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat, Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad Arifudin Purbaningrat, Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat
Silsilah Rama Guru Pengguron Pegajahan Cirebon.
Syekh
Nurjati, Haji Abdul Imam Mbah kuwu cerbon Pangeran Cakrabuwana,
Syyaidina Maulana Syaikh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati(Cirebon),
Pangeran M.Tajul Arifin(P.Pasarean), Panambahan Sedang Kemuning, Panembahan
Ratu I Cirebon, Panembahan Mande Gayam , Panembahan Ratu II Girilaya,
Sultan Raja Muhammad Badridin(Sultan Kanoman I Cirebon), Pangeran Raja Adipati
Kaprabon , Pangeran Kusumawaningyun, Pangeran Brataningrat, Pangeran Raja
Suleman Sulendraningrat, Pangeran Arifudin Kusumabratawireja, Pangeran
AdiKusuma AdiNingrat, Pangeran Mohammad Apiyyah AdiKusuma II, Pangeran Mohammad
Arifudin Purbaningrat, Pangeran H.Mohammad Nurbuwat Purbaningrat